Borneopos.com, BANJARMASIN – Beredar rekaman percakapan antara Koordinator LSM LSM Barisan Anak Bangsa Anti Kecurangan (BABAK) Aliansyah dengan seseorang yang mengaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammadun.
Dalam percakapan yang berdurasi sekitar dua menit 18 detik itu, seseorang yang mengaku Madun awalnya menanyakan nama yang diajak bicara, lalu setelah itu mengajak bertemu yang bersangkutan.
“Handak apa ikam, kam Aliansyah lo,” tanyanya dalam rekaman.
Setelah itu, suara tersebut mengajak Aliansyah bertemu.
“Kam Aliansyah lo, yang demo semalam, dimana kita ketemu, kam bawa parang aku bawa parang juga. Mau di hutan atau di laut, kam timpas aku bedahulu,” ucap suara dalam rekaman itu.
Sementara dalam rekaman yang beredar Aliansyah sempat beberapa kali bertanya dan meyakinkan apakah yang bicara benar Kepala Dinas Pendidikan, Muhammadun.
“Bujur lah ini Madun, masa Kepala Dinas Bepandernya kaya ini,” tanya Aliansyah dalam percakapan.
Buntut dari telepon yang merasa mengancam dirinya tersebut, Aliansyah melaporkan dugaan ancaman tersebut ke Polda Kalsel.
Karena menurutnya, usai melakukan demo di depan kantor gubernur Kalsel beberapa hari lalu, dirinya kerap mendapat ancaman dari orang tak dikenal.
“Hari ini kami ke Polda Kalsel bermaksud melapor menyampaikan adanya ancaman dari seseorang yang mengaku Madun Kadisdik Kalsel, mengajak betimpas (membacok -red). Setelah kami demo kemarin itu luar biasa ancamannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Pengacara, Budi Khairannoor mengatakan, pada Senin (9/9/2024) sekitar pukul 13.50 wita, saudara Aliansyah sempat ditelpon oleh orang yang mengaku sebagai Kadisdikbud Kalsel Madun.
“Setelah di cek nomor tersebut di aplikasi Get Contact tercantum inisial S atau diduga ajudan dari Madun itu sendiri,” ucap Budi Khairannoor, Selasa (10/9/2024).
Budi menyebut, hal itu kuat dugaan bahwa yang menelpon Aliansyah kemarin adalah benar saudara Madun.
“Karena sebelumnya itu, melalui nomor tersebut sempat me WhatsApp yang berbunyi ‘ini pa Madun mau nelpon, tolong diangkat,” sebut Budi.
Karena itu, ujar Budi, saudara Aliansyah lantas menerima telpon dan terjadi komunikasi yang kurang mengenakan.
“Dalam komunikasi itu, ada kata-kata provokasi mengarah kepada tindakan kriminal,” cetusnya.
Atas dasar itu, Aliansyah dan kuasa hukum turut melaporkan kejadian ini didukung dengan beberapa bukti untuk perlindungan hukum.
“Kami mengajukan permohonan perlindungan hukum karena ancaman ini telah mengganggu kestabilan mental dan emosional keluarga Aliansyah. Kami khawatir akan kemungkinan tindakan yang tidak diinginkan jika ancaman ini tidak ditanggapi dengan serius,” jelasnya.
Seharusnya, ujar Budi, hal ini bisa dilakukan secara kekeluargaan dan tidak langsung menyimpulkan, seolah-olah Aliansyah pelakunya.
“Padahal kemarin itu kasus ibu Amalia dikawal semua orang, tidak hanya Aliansyah. Antar kedua belah pihak pun tidak saling mengenal. Tapi komunikasi awal sudah mengarah pada perkelahian , ini rasanya tidak elok sebagai kepala dinas,” pungkasnya.(rls/red)